Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Saudaraku, Rakyat Aceh yang Marwahnya dijaga Para
Syuhada
Jika orang bertanya
kepada saya, mengapai maju dari calon independen, maka saya katakan karena bagi
saya hanya satu Partai, yakni Partai Aceh. Garis perjuangan saya jelas dan
tegas, menghormati hasil kesepakatan damai di Helsinki. Bagi saya MoU Helsinki adalah
memorandum final yang harus dihormati oleh saya dan juga pemerintah Indonesia,
MoU Helsinki adalah janji yang harus saya pegang teguh apapun resikonya.
Apalagi Wali Nanggroe Yang Mulia Tgk Hasan Ditiro menitipkan perdamaian untuk
kita jaga sebagai jalan kesejahteraan. Maka sempurnalah bagi saya, untuk
menjadikan itu sebagai garis perjuangan saya selanjutnya “Menjaga Perdamaian.”
Mengenai jalan yang
saya pilih, maju melalui calon independen, tidak melalui Partai Politik, bukan
karena saya anti partai, atau bukan karena saya melihat partai lain sebagai
organisasi politik yang buruk, tidak sama sekali, semua adalah sahabat,
adik-adik dan saudara saya. Sekali lagi bagi saya ini adalah soal janji, tidak
ada partai lain bagi saya, selain Partai Aceh. Namun ketika Partai Aceh tidak
memberi jalan, atau mengambil jalan lain, maka saya memilih untuk tidak masuk
kedalam Partai Politik lain, lalu memilih jalur independen.
Saya memilih pasangan
saya, Calon Wakil Gubernur Aceh, seorang yang berilmu padi, makin banyak
prestasinya, makin menundukkan diri beliau dihadapan manusia. Beliau adalah Pak
Nasaruddin, Bupati Aceh Tengah. Saya menyebutnya Pak Nas, kata-katanya teratur,
pelan dan ber-nas. Saya teringat sosok alamarhum Raja Linge, Ilyas Leubeh, saya
lama tidak mengunjungi Ummi Salama dan makam syuhada itu. Nanti saya minta Pak
Nas menemani saya kesana.
Hari ini, 7 Agustus
2016, kami antarkan sejumlah surat dukungan dan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
beserta formulir isian lengkap. Ini bukan hanya sekedar kertas biasa, diatas
kertas itu berdiri harapan rakyat Aceh hingga tahun 2022 mendatang. Hari ini
juga tepat peringatan 18 tahun pencabutan Status Daerah Operasi Militer di
Aceh. Tentu ini juga adalah hal yang masih menjadi sangkutan bagi kami.
Korban-korban konflik masih menuntut keadilan, bukan hanya keluarga mantan
kombatan GAM, tapi juga mantan keluarga prajurit TNI, Polri, atau juga rakyat
Aceh yang tidak memiliki sangkut paut dengan peperangan masa lalu. Saya tidak
henti-hentinya meminta agar segera dicari formula penyelesaian kasus masa lalu,
bukan untuk membuka luka lama, tapi demi kelapangan hati menatap masa depan
bersama.
Kemaren saya tegaskan
dalam Rakerda PDIP, bahwa Presiden jangan ragu soal komitmen saya terhadap isi
perjanjian Helsinki, saya dulu mendeklarasikan mendukung pencalonan dan
pemenangan Pak Jokowi tahun 2014, maka sampai hari ini, dan jika diberikan
kemenangan hingga 2019, saya tetap berdiri bersama beliau. Kembali, ini adalah
soal janji, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) adalah salah satu butir
kesepakatan di Helsinki. Ini didasari niat yang baik, bukan untuk saling
menyalahkan satu dengan yang lain.
Jadi demikian saya
sampaikan kepada seluruh rakyat Aceh, kedatangan saya ke KIP hari ini, selai
membawa dukungan rakyat Aceh, juga membawa harapan mereka terhadap Aceh hingga
2022. Mari kita satukan semangat kita, kita jaga perdamaian ini sebagaimana
suara AZAN menjaga kita lima kali sehari, sebagaimana AZAN memperingatkan kita
agar selalu membersihkan diri dengan kebajikan, juga seperti AZAN yang
didalamnya terdapat ajakan untuk meraih kemenangan. Bagi kami, kemenangan yang
paling tinggi adalah marwah yang terjaga dan kesejahteraan yang terpenuhi, dan
itu hanya bisan diwujudkan dalam situasi damai.
Saya tundukkan kepala,
memanjatkan doa memperingati 18 tahun dicabutnya status DOM di Aceh, juga bagi
syuhada-syuhada yang telah syahid membela marwah diri dan tanah kelahirannya.
Bersama semangat mereka kita pastikan Pilkada 2017 berlangsung damai dan
biarkan rakyat Aceh yang menentukan siapa yang kelak menjadi gubernur dan wakil
gubernur 2017-2022.
Saya sampaikan
terimakasih kepada seluruh pendukung kami, tidak akan terjadi hari ini tanpa
dukungan kalian. Jadilah terus muazin-muazin perdamaian, gemakan AZAN ke
seluruh penjuru Aceh.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu Alaikum Wr.
Wb. (ajnn)