Oleh : Teuku Zulyadi
Kamate lom lampu, ragam ekpresi orang ketika lampu/listrik mati tiba-tiba. Ada yang marah, menghujat juga ada yang berdoa kepada Allah, semoga PLN segera menghidupkan kembali. Beberapa diantaranya menenangkan diri degan berpikir positif, mungkin ada musibah yang mengganggu instalasi, perbaikan sedang dilakukan, dll. Tidak berlebihan juga, jika masyarakat merasa kecewa dengan kinerja Perusahaan Listrik Negara, mengingat listrik dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tuntutan energi ini dibutuhkan oleh manusia mulai dari dalam kandungan hingga ke liang lahat.
Listrik sebagai energi utama pada saat ini dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat dengan ragam kepentingan. Sektor pendidikan, bisnis hingga rumah tangga menjadikan PLN sebagai tonggak utama sumber energi dalam keperluan sehari-hari. Begitu juga dengan ragam profesi, jurnalis, pengusaha, anak sekolah hingga ibu-ibu yang hendak update status dimedia sosialpun membutuhkan batere listrik. Bahkan, alat kedokteran yang menggunakan power listrik sangat dibutuhkan untuk mendeteksi anak dalam kandungan. Begitu juga dengan lampu penerang, dibutuhkan pada saat orang diantarkan keliang lahat.
Melihat kebutuhan yang paling signifikan bagi kehidupan bermasyarakat, sepatutnya seluruh pemangku kepentingan untuk membangun fasilitas kelistrikan yang memadai. Pemerintah harus memastikan seluruh investasi dan aset dalam energi kelistrikan bisa diwujudkan serta menjangkau seluruh wilyah tempatan masyarakat. Tidak terkecuali dalam pelosok gunung, rawa hingga pulau terpencil dan terluar. Dimana ada masyarakat, disana harus terjamin keberadaan panyoet modern.
Perang Energi
Jika ada pertanyaan, kenapa diera modern ini masih ada perang? ada banyak jawaban yang mengemuka, seperti perbedaan idiologi, perebutan wilayah/tanah, bisnis senjata hingga lahan bisnis barang-barang terlarang. Tidak ada yang salah dengan jawaban-jawaban diatas. Kalau dicari benang merahnya, semua perang yang terjadi masa kini karena kepentingan energi. Apa alasan Amerika Serikat meng-invasi Irak? karena teroriskah? Jelasnya, Negara-negara di Timur Tengah adalah penghasil minyak di dunia. Setengah dari cadangan energi didunia ini ada dikawasan Timur tengah.
Negara-negara maju sedang menghimpun kekuatan untuk menciptakan energi masa depan. Nuklir, tenaga surya, air, panas bumi, tenaga petir, penghasil uap hingga tenaga angin semua sumber energi ini dikonversi untuk melahirkan aliran listrik bagi masa depan. Mereka sangat yakin dan percaya, kebutuhan listrik sekarang dan masa depan adalah keniscayaan sehingga kebijakan negara mendahulukan kepentingan energi dibanding dengan lainnya.
China adalah salah satu negara yang paling banyak intalasi nuklir di dunia. Mereka merencanakan membangun 20 pembangkit listrik tenaga nuklir hingga tahun 2020 (China Daily). Misi ini dilakukan untuk mengurangi polusi dari generator listrik berbahan bakar batubara. Tidak ada kekhawatiran diprotes oleh negara lain ataupun tekanan dari dunia internasional karena mengembangkan tenaga nuklir.
Sinergi dengan alam
Persoalan listrik di Aceh bukan terjadi kemarin dan hari ini. Nun jauh puluhan tahun lalu untuk membuat terang saja belum mampu diwujudkan oleh PLN dan Pemerintah di Aceh. Jika menyimak alasan yang muncul, sungguh sangat ironis mengarah kelucu. Alam yang diciptakan oleh Allah menjadi biang kerok dan pelampiasan kesalahan. Ujung-ujungnya, bukan karena kelalaian manusia. Banjir, angin dan peristiwa alam lainya disalahkan karena memutuskan aliran listrik.
Memang betul, beberapa peristiwa alam ini bisa menghambat perencanaan manusia. Namun, keliru apabila kita menyalahkan alam sebagai alasan utama dari hambatan pembangunan. Sudah pasti kita tidak bisa menghidari apapun yang terjadi pada alam. Karena ini adalah Sunnatullah, manusia harus beradaptasi dengan berbagai peristiwa alam yang terjadi. Charles Darwin ahli evolusi sudah mengingatkan kita bahwa bukan yang terkuat mampu bertahan, melainkan yang beradaptasi.
Jika ada pejabat negara atau pihak PLN masih menyalahkan alam sehingga menyebabkan mati lampu, sungguh ini menjadi bahaan tertawaan mungkin saja bisa menang kalau diperlombakan dalam Standup Comedy. Pengalaman saya berada di China, dalam masa satu tahun hanya satu kali mati lampu. Itupun terjadi dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Bukankah China, Jepang atau Malaysia barangkali juga negara-negara yang sangat jarang mati lampu mereka juga hidup dialam yang sama dengan kita?
Panyoet Politik
Ya, orang Aceh sangat senang berbicara politik. Tidak cukup waktu duapuluh empat jam satu hari apabila orang Aceh sedang berbicara politik. Tempat bisa dimana saja, meunasah, jambo jaga, waroeng kupi, bahkan dirumah orang meninggalpun politik menjadi pembahasan. Tidak jarang terjadi perdebatan hingga perkelahian antar sesama. Dakwa buta ini hanya menjadi wacana kosong tidak mampu melahirkan karya apalagi menemukan solusi dari persoalan yang ada.
Tingginya konsumsi politik orang Aceh justru dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh politik untuk melempar wacana dimedia cetak. Setiap hari koran-koran lokal di Aceh memuat pernyataan-pernyataan para tokoh. Sayangnya, ide-ide yang lahir hanya menjadi isapan jempol belaka. Tidak mengarah pada penyelesaian persoalan. Apalagi, memuat berita dari dua tokoh yang kontroversi justru menjadi bahan pembicaraan ditingkat apa gampong hingga perpecahanpun tidak bisa dihindari.
Sejujurnya, kita merindukan pernyataan pejabat publik, tokoh politik dan pemangku kepentingan lainnya di Aceh untuk bersuara tentang persoalan listrik. Tidak hanya itu, yang paling penting adalah memberikan jaminan dan kepastian kapan persoalan listrik bisa selesai dan tidak terulang lagi pada masalah yang sama. Kita sudah bosan mendengar gangguan listrik karena faktor alam. Jikapun ia, kenapa harus terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Tahun politik harus dimanfaatkan oleh para tokoh untuk memikirkan solusi persoalan energi masa depan Aceh. Jika ada para tokoh partai, calon gubernur/bupati/walikota berani memunculkan gagasan pembenahan disektor energi masa depan mungkin menjadi asa baru bagi Aceh kedepan. Tidak mustahil, jika belajar dari Cina ide-ide pembangunan justru lahir dari partai dan diusulkan kepemerintah untuk dilaksanakan. Salah satunya adalah ide membangun instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di dunia. HIDUPKAN LAMPU, TITIK!
Dosen UIN Ar-Raniry sedang Kuliah Ph.D di Huazhong University of Sains and Technolgy (HUST), Ketua Cakradonya Community Aceh-Wuhan, Cina.
Sumber : lintasgayo